Mendung

Mendung. Berharap yang terjadi tadi malam adalah mimpi buruk, beberapa kali memejamkan mata, berulang kali menampar diri. Ternyata realita. Nyata. Semua lembaran kisah puluhan tahun itu, muncul begitu saja. Bertebaran memenuhi isi kepala. Ah, ini lebih pusing dari pada kemarin. Lembaran itu tiba- tiba saja ternoda tinta yang tak sengaja tumpah tepat di lembaran paling atas. Semua lembaran itu ternoda. Titik.

Berkali- kali mencoba membersihkannya, noda itu memudar, tapi menyebar semakin menyebar. Aku kehabisan akal untuk membersihkannya. Aku hanya menangis di sudut kamar. Merasa semakin tersudut. Kacau. Aku mencoba memejamkan mata lagi dan lagi. Semakin ingin lari, maka semakin aku tak mampu menjauh sedikitpun. Mendung, sedih rasanya semua lembaran itu rusak, karena noda setetes. Sementara aku harus menyimpannya, bahkan menyembunyikannya rapat di sudut hati ini, agar tak ada orang yang menemukannya. Kecuali dia yang juga bersamaku saat menemukan semua lembaran itu ternoda.

Dan dia, memintaku untuk menyimpannya, hanya kami saja. Dan aku mengiyakannya, aku terlanjur berjanji padanya. Saat ini jangan paksa aku memberitahu dimana kusimpan lembaran ternoda itu. Jangan! Setidaknya aku berusaha menepati janji padanya, yang sama sedihnya denganku. Setidaknya aku berusaha menjaga kepercayaannya. Mungkin aku bisa dengan mudah tersenyum dan berusaha mencair dengan orang disekelilingku, tapi dia, sejak dulu ia selalu menyimpannya sendiri, diantara banyak orang yang menyayanginya, mengaguminya dan siap mendengarkannya.

Mendung. Begitu saja. Semoga segera berganti pelangi.

Leave a comment